Selasa, 22 Agustus 2017

MGJ News: Medan Guitar Jamm on Record Store Day 2016

by: Analisadaily.com
Medan, (Analisa). Medan kembali menggelar Record Store untuk ketiga kalinya, belum lama ini. Record store merupakan ajang berkumpulnya para kolektor dan pembeli karya musik dalam rilis fisik, seperti kaset tape, piringan hitam, dan compact disc. Acara juga diramaikan dengan penampilan musik dari band lokal Kota Medan.
Doli Andriansyah Nasution (23) selaku penyelenggara mengatakan acara ini diadakan sebagai wadah bertemunya para kolektor karya musik rilis fisik, sekaligus ajang pertunjukan bakat musisi Kota Medan.
“Ini diadakan serentak di seluruh Indonesia tiap tahun sejak 2013, dan sempat vakum di 2015. Acara ini dibuat untuk membangkitkan lagi memori tentang rilis fisik karya musik,” ungkapnya
Turut hadir beberapa penggerak toko kaset di Kota Medan, salah satunya Shufril Akbar (46). Ia mengaku telah bekerja menjual rilis fisik tersebut di Kota Medan selama kurang lebih lima tahun di daerah Jalan Mahkamah Medan. Penjualan diadakan di toko fisik maupun secara online.
Dengan adanya Record Store, pria ini berharap dapat menjalani hubungan pertalian baik dengan sesama kolektor. Kemudian, ingin mengenalkan pada generasi muda kini tentang rupa wujud fisik dari vinyl, radio zaman dahulu, dan pita reel.
“Vinyl dan pita reel ini kan sudah tidak ada zaman sekarang. Padahal cukup hits di sekitar tahun 1960-1970-an. Dari segi suara juga lebih jernih dibandingkan produksi digital. Nah, lewat acara ini, kita ingin kenalkan ke anak-anak muda tentang perkembangan produksi musik dari zaman dulu dan bagaimana perbandingannya dengan sekarang,” ujarnya.
Pentingnya pengenalan proses produksi musik pada zaman dulu pada generasi muda kini, tambahnya, tidak terlepas dari bagian sejarah perkembangan musik di Indonesia, Medan khususnya. Bahkan menurutnya, perlu dibangun museum musik untuk menyimpan aset sejarah kisah bermusik di kota ini.
“Ada banyak musisi top Kota Medan. Salah satunya The Mercys. Ini membuktikan bahwa secara potensi, musisi Medan berbakat. Tinggal kita mengemasnya sebagai sejarah itu seperti apa,” imbunya.
Perkembangan musik di Kota Medan juga dimaksudkan membuka pandangan masyarakat umum tentang citra musisi sendiri. Bukan melulu begajulan, melainkan bisa berkarya dengan menggaet sisi positif, bahkan di bidang kemanusiaan.
Setidaknya demikian yang coba diwujudkan oleh anggota Medan Guitar Jamm. Dedek siregar (23), salah satu pendiri komunitas musisi dan pecinta gitar ini menyatakan ia dan rekan-rekannya tengah berupaya membuat visi pergerakan tersebut menjadi nyata.
“Kami berkumpul bukan hanya untuk mengembangkan kelihaian bermain gitar, tapi juga mengedukasi anak muda dn masyarakat umum bahwa musisi juga punya citra positif dalam berkarya. Mengandalkan kebebasan, ekspresif, namun tetap bermanfaat bik buat sesama,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, kegiatan tersebut meliputi penggalangan dana sosial untuk panti asuhan dalam beberapa pertunjukan mereka, dan sekali waktu menghampiri warga korban bencana Sinabung untuk menghibur dengan menyanyi bersama. “Jadi kami tidak hanya memberi donasi berupa uang, tapi juga bantuan untuk sisi psikis warga di sana,” ujarnya 
Terkait momen ditutupnya seluruh toko kaset dari satu merk yang cukup besar dengan distributor seuruh Indonesia beberapa bulan lalu, pria yang mulai belajar gitar sejak SMA ini mengaku sedih, sebab dengan kejadian tersebut, sulit mencari rilis fisik, dimana karya fisik dipandangnya lebih memorable. (anty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar